Ada hati mengadu
Ada rindu menggebu pilu
Namun disembunyikan amarah
Tak nampak sedikitpun olehnya
Diamku menyimpan rindu
Ingin memeluknya erat dengan kekuatan cinta
Namun apa daya
Dia emosiku yang ku cinta
Memberontak
Berteriak entah apa kepada siapa dan mengadu
Aku benci muak enyahlah kau
Namun cinta rindu merana oh pilu
Hanya saja
Aku marah sebab rindu mendesak
Aku benci sebab kau tak memihak
Kau tak merindu dan mencinta
Senin, 07 September 2015
Puisi Cinta » "Kamu Karya Indah Sang Maha Kuasa"
Rasa ini begitu indah
Dunia dongeng pun dikalahkannya
Namanya cinta
Warnanya surga rasa
Tiada yang bisa mengalahkannya
Rasa mengalahkan mata
Ada keajaiban atas sentuhan rasa
Itulah rasa cinta
Mungkin mata memandang malam
Namun rasa menebar bintang
Tiada kelam
Cinta menghiasinya dengan terang
Rasa itulah cinta
Cinta adalah kamu
karya indah sang maha Kuasa
Mampu menaklukan kelam masa lalu
Kini kamu sangat ku gilai
Janganlah lepaskan cintamu
Bawalah aku dalam waktumu
Sungguh matipun biarlah dalam pelukmu
Dunia dongeng pun dikalahkannya
Namanya cinta
Warnanya surga rasa
Tiada yang bisa mengalahkannya
Rasa mengalahkan mata
Ada keajaiban atas sentuhan rasa
Itulah rasa cinta
Mungkin mata memandang malam
Namun rasa menebar bintang
Tiada kelam
Cinta menghiasinya dengan terang
Rasa itulah cinta
Cinta adalah kamu
karya indah sang maha Kuasa
Mampu menaklukan kelam masa lalu
Kini kamu sangat ku gilai
Janganlah lepaskan cintamu
Bawalah aku dalam waktumu
Sungguh matipun biarlah dalam pelukmu
Rabu, 26 Agustus 2015
Puisi Kehidupan » "Bagai Permata dan Emas Murni"
Jalanku kini
Penuh bebatuan dan tak lurus kedepan
Begitu banyak persimpangan
Sesekali tersandung dan sejenak berhenti
Akupun heran
Ada apa dalam diriku
Mengapa berubah begitu
Tiada lagi cahaya menuntunku
Seiring waktu berjalan
Aku semakin menjadi jadi
Tiada lagi sayap putih kini
Hanya ada tanduk merah menakuti
Akupun ingin kembali
Namun rasa yang ku nikmati
Bagai permata dan emas murni
Yang begitu berharga tuk dimiliki
Penuh bebatuan dan tak lurus kedepan
Begitu banyak persimpangan
Sesekali tersandung dan sejenak berhenti
Akupun heran
Ada apa dalam diriku
Mengapa berubah begitu
Tiada lagi cahaya menuntunku
Seiring waktu berjalan
Aku semakin menjadi jadi
Tiada lagi sayap putih kini
Hanya ada tanduk merah menakuti
Akupun ingin kembali
Namun rasa yang ku nikmati
Bagai permata dan emas murni
Yang begitu berharga tuk dimiliki
Minggu, 23 Agustus 2015
Puisi Kehidupan » "Tiada Lagi Cahaya Pelita"
Kelam kabut kembali
Aku tersandung lagi
Sudah kesekian kali
Namun rupaku masih terlihat suci
Jalanku tak lurus lagi
Aku melangkah dalam kegelapan
Ku harap itu jalan pintas menuju kebahagiaan
Dan ya benar namun membawaku dalam kehancuran
Aku mencari aku berteriak
Adakah pelita
Namun tak nampak
Seolah tak layak aku mendapatkannya
Airmataku pun terus meluap menjadi-jadi
Sungguh ingin kembali ke jalan yang dulu ku tapaki
Namun jika lebih giat aku mencari pelita
Ada tarikkan yang lebih kuat oleh rasa
Aku tersandung lagi
Sudah kesekian kali
Namun rupaku masih terlihat suci
Jalanku tak lurus lagi
Aku melangkah dalam kegelapan
Ku harap itu jalan pintas menuju kebahagiaan
Dan ya benar namun membawaku dalam kehancuran
Aku mencari aku berteriak
Adakah pelita
Namun tak nampak
Seolah tak layak aku mendapatkannya
Airmataku pun terus meluap menjadi-jadi
Sungguh ingin kembali ke jalan yang dulu ku tapaki
Namun jika lebih giat aku mencari pelita
Ada tarikkan yang lebih kuat oleh rasa
Minggu, 21 Juni 2015
Puisi Galau » "Aku Menyerah"
Aku berlari mengejar pilihanku
Mengejar cintaku
Namun ia sembunyi
Ia berlari menjauh pergi
Aku mencoba mengetuk pintu
Namun ia tak membukanya
Ia tak menampakkan dirinya
Dialah bahagiaku dalam derita
Aku menangis tanpa suara
Hatiku sesak
Sungguh lemah jatuh tergeletak
Namun ia memberi derita
Aku menyendiri
Bertanya dalam sepi
Salahkah pilihan hatiku ini
Mengapa ia mengapa tak bisa berpaling lagi
Namun biarlah
Kaki ini sudah tak mampu berlari
Tak sanggup mengejarnya lagi
Ia jauh takkan pernah bisa ku raih
Kini aku menyerah
Aku mengaku kalah
Kalah bertahan dalam harap membawa derita
Dialah mimpiku membawa airmata
Mengejar cintaku
Namun ia sembunyi
Ia berlari menjauh pergi
Aku mencoba mengetuk pintu
Namun ia tak membukanya
Ia tak menampakkan dirinya
Dialah bahagiaku dalam derita
Aku menangis tanpa suara
Hatiku sesak
Sungguh lemah jatuh tergeletak
Namun ia memberi derita
Aku menyendiri
Bertanya dalam sepi
Salahkah pilihan hatiku ini
Mengapa ia mengapa tak bisa berpaling lagi
Namun biarlah
Kaki ini sudah tak mampu berlari
Tak sanggup mengejarnya lagi
Ia jauh takkan pernah bisa ku raih
Kini aku menyerah
Aku mengaku kalah
Kalah bertahan dalam harap membawa derita
Dialah mimpiku membawa airmata
Selasa, 02 Juni 2015
Puisi Cinta » "Malaikat Cinta Tak Bersayap"
Seperti arwah merasuki jiwa
Tiba-tiba entah mengapa
Ada cinta dalam kalbu
Ada bahagia dalam batinku
Seperti roh menyambar masuk
Mengusir pergi pilu
Mengusir jauh ingatan derita masalalu
Kebahagiaan dan cinta menaungiku
Entah nama apa yang harus ku sebut untukmu
Engkaulah roh itu
Engkaulah arwah itu
Engkau pangeran ajaibku
Karena kamu
Malaikat cinta tak bersayap
Pangeran dalam mimpiku
Kala aku tertidur lelap
Karena kamu
Malaikat cinta pengusir derita
Menghapus airmata
Pemberi mimpi indah
Tiba-tiba entah mengapa
Ada cinta dalam kalbu
Ada bahagia dalam batinku
Seperti roh menyambar masuk
Mengusir pergi pilu
Mengusir jauh ingatan derita masalalu
Kebahagiaan dan cinta menaungiku
Entah nama apa yang harus ku sebut untukmu
Engkaulah roh itu
Engkaulah arwah itu
Engkau pangeran ajaibku
Karena kamu
Malaikat cinta tak bersayap
Pangeran dalam mimpiku
Kala aku tertidur lelap
Karena kamu
Malaikat cinta pengusir derita
Menghapus airmata
Pemberi mimpi indah
Minggu, 31 Mei 2015
Puisi untuk Orangtua » "Kisah dibalik Toga ini"
Senyum dan haru meliputi suasana
Tak terasa perpisahan telah berada didepan mata
Ku mulai membayangkan dan merenungkan semuanya
Kini aku berdiri bangga mengenakan toga ini
Aku bahagia melihat suasana ini
Namun aku tahu
Ada orang-orang dalam pandanganku yang lebih bangga dan lebih bahagia
Mereka adalah papa dan mama
Seiring dengan kedipan mataku
Terlintas dalam kalbu serta ingatanku
Akan semua yang mereka lakukan terhadapku
Dan apa yang kulakukan kepada mereka dari waktu ke waktu
Mama yang telah menjagaku dalam kandungannya
Mama yang berjuang melahirkanku mempertaruhkan nyawanya
Mama merawatku dengan penuh kasih sayang serta doa
Hingga kini tak letih menasehatiku
Tak pernah bosan mendoakanku
Papa yang berjuang dalam keletihannya, dalam airmatanya, dalam keringatnya
Bahkan sesekali darah mengalir tak sengaja ketika ia bekerja banting tulang
Untuk aku dapat meraih cita-cita
Dan agar masa depanku lebih baik tak sesulit mereka
Namun apa balasanku ..
Aku balas cinta kasih mereka dengan kedurhakaanku
Caci maki kata-kata kasar yang ku balas pada nasehat mereka
Sering aku membantah, melawan hingga mereka menangis pilu
Namun mereka masih tetap saja memperhatikanku, mendoakanku
Mengasihiku tulus setiap waktu
Mataku mulai terganggu
Tangisanku menghalangi pandanganku
Kala aku melihat airmata haru mereka
Menyentuh hatiku tuk berucap sebuah kalimat tulus untuk mereka
Mama.. Maafkan anakmu selalu membuat airmatamu jatuh
Papa.. Maafkan anakmu sering tak menghargai keringat lelahmu
Mama dan Papa
Terimakasih telah ikut berjuang bersamaku
Aku menyayangi kalian
Seumur hidupku
Tak terasa perpisahan telah berada didepan mata
Ku mulai membayangkan dan merenungkan semuanya
Kini aku berdiri bangga mengenakan toga ini
Aku bahagia melihat suasana ini
Namun aku tahu
Ada orang-orang dalam pandanganku yang lebih bangga dan lebih bahagia
Mereka adalah papa dan mama
Seiring dengan kedipan mataku
Terlintas dalam kalbu serta ingatanku
Akan semua yang mereka lakukan terhadapku
Dan apa yang kulakukan kepada mereka dari waktu ke waktu
Mama yang telah menjagaku dalam kandungannya
Mama yang berjuang melahirkanku mempertaruhkan nyawanya
Mama merawatku dengan penuh kasih sayang serta doa
Hingga kini tak letih menasehatiku
Tak pernah bosan mendoakanku
Papa yang berjuang dalam keletihannya, dalam airmatanya, dalam keringatnya
Bahkan sesekali darah mengalir tak sengaja ketika ia bekerja banting tulang
Untuk aku dapat meraih cita-cita
Dan agar masa depanku lebih baik tak sesulit mereka
Namun apa balasanku ..
Aku balas cinta kasih mereka dengan kedurhakaanku
Caci maki kata-kata kasar yang ku balas pada nasehat mereka
Sering aku membantah, melawan hingga mereka menangis pilu
Namun mereka masih tetap saja memperhatikanku, mendoakanku
Mengasihiku tulus setiap waktu
Mataku mulai terganggu
Tangisanku menghalangi pandanganku
Kala aku melihat airmata haru mereka
Menyentuh hatiku tuk berucap sebuah kalimat tulus untuk mereka
Mama.. Maafkan anakmu selalu membuat airmatamu jatuh
Papa.. Maafkan anakmu sering tak menghargai keringat lelahmu
Mama dan Papa
Terimakasih telah ikut berjuang bersamaku
Aku menyayangi kalian
Seumur hidupku
Puisi Guru » "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa"
Dalam setiap hembusan nafas ini
Dalam waktu yang terus terlewati
Kasihmu menaungiku tanpa henti
Ya engkau guruku yang terkasih
Terus menebar ilmu tanpa pamrih
Yang mengajarku
Yang mendidikku
Dengan penuh kesabaran dan keiklasan
Teringat saat-saat kita bersama
Dalam ruang kelas yang sederhana
Kau berikan ilmu
Disertai canda tawamu
Dan kini tiba saatnya
Kita tak akan duduk lagi dalam satu ruang kelas yang sama
Tak akan ada lagi hukuman untukku darimu
Semuanya hanya akan menjadi memori indah dalam ingatanku
Oh guruku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Jasamu tersimpan dalam memoriku
Baik budimu selalu jadi motivasi untuk hidupku
Oh guruku
Terimakasih tlah berjuang bersamaku
Takkan ku siasiakan perjuanganmu
Kan ku banggakan namamu dalam prestasiku
Dalam waktu yang terus terlewati
Kasihmu menaungiku tanpa henti
Ya engkau guruku yang terkasih
Terus menebar ilmu tanpa pamrih
Yang mengajarku
Yang mendidikku
Dengan penuh kesabaran dan keiklasan
Teringat saat-saat kita bersama
Dalam ruang kelas yang sederhana
Kau berikan ilmu
Disertai canda tawamu
Dan kini tiba saatnya
Kita tak akan duduk lagi dalam satu ruang kelas yang sama
Tak akan ada lagi hukuman untukku darimu
Semuanya hanya akan menjadi memori indah dalam ingatanku
Oh guruku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Jasamu tersimpan dalam memoriku
Baik budimu selalu jadi motivasi untuk hidupku
Oh guruku
Terimakasih tlah berjuang bersamaku
Takkan ku siasiakan perjuanganmu
Kan ku banggakan namamu dalam prestasiku
Puisi Cinta » "Bunga Tidurku"
Semalam berlalu
Aku tertidur bersama mimpiku
Bunga tidurku
Ada dikau romeoku
Oh mengapa ku terbangun
Janganlah berlalu bisik rinduku
Tak usah pagi datang
Biarlah malam panjang
Mataku ingin terus kupejam
Ingin terus tertidur lelap
Ingin terus bermimpi setiap malam
Airmatapun trus mengalir dalam harap
Oh romeoku
Jika hanya dalam mimpi aku bisa bersamamu
Biarlah aku trus tertidur dan bermimpi
Namun bisakah mimpiku nyata dikemudian hari?
Aku tertidur bersama mimpiku
Bunga tidurku
Ada dikau romeoku
Oh mengapa ku terbangun
Janganlah berlalu bisik rinduku
Tak usah pagi datang
Biarlah malam panjang
Mataku ingin terus kupejam
Ingin terus tertidur lelap
Ingin terus bermimpi setiap malam
Airmatapun trus mengalir dalam harap
Oh romeoku
Jika hanya dalam mimpi aku bisa bersamamu
Biarlah aku trus tertidur dan bermimpi
Namun bisakah mimpiku nyata dikemudian hari?
Senin, 20 April 2015
Puisi Galau » "Dalam Tangisku"
Melodi permainkan rasa
Hati berkecamuk mengalirkan airmata
Kala sang pujaan pergi menanggalkan cinta
Meninggalkan gundah gulana
Oh cinta
Aku tertegun merenungkan semuanya
Keindahan kenangan yang telah menyentuh kalbu
Menjadikan tangis disetiap hari yang teramat pilu
Akupun tergoda ingin menghampirimu
Tuk mengucapkan kata terakhirku
Oh romeoku
Maaf aku mencintaimu
Akupun tergoda ingin mendekapmu
Tuk membujukmu dalam satu pintaku
Oh romeoku
Izinkanlah aku memilikimu dalam impianku
Hati berkecamuk mengalirkan airmata
Kala sang pujaan pergi menanggalkan cinta
Meninggalkan gundah gulana
Oh cinta
Aku tertegun merenungkan semuanya
Keindahan kenangan yang telah menyentuh kalbu
Menjadikan tangis disetiap hari yang teramat pilu
Akupun tergoda ingin menghampirimu
Tuk mengucapkan kata terakhirku
Oh romeoku
Maaf aku mencintaimu
Akupun tergoda ingin mendekapmu
Tuk membujukmu dalam satu pintaku
Oh romeoku
Izinkanlah aku memilikimu dalam impianku
Minggu, 15 Maret 2015
Puisi Galau » "Terlalu Indah"
Senja ini menusuk hati
Indahnya bermantra sakti
Hingga hatipun ingin mati
Kala senja ini melambangkan kenangan yang tlah pergi
Angin terus menyejukkan suasana
Bagai malaikat penenang yang menemani
Namun percuma
Semilir angin begitu dingin kian meremukan hati
Airmata ku pun terurai sadis
Teringat dia yang terlalu manis
Terlalu indah dan terlalu istimewah dihati ini
Mengingkari janji cinta melupakan janji hati
Kini biarlah
Biarlah waktu membawanya berlalu
Namun biarlah
Biarlah sanubari tetap memilihmu
Indahnya bermantra sakti
Hingga hatipun ingin mati
Kala senja ini melambangkan kenangan yang tlah pergi
Angin terus menyejukkan suasana
Bagai malaikat penenang yang menemani
Namun percuma
Semilir angin begitu dingin kian meremukan hati
Airmata ku pun terurai sadis
Teringat dia yang terlalu manis
Terlalu indah dan terlalu istimewah dihati ini
Mengingkari janji cinta melupakan janji hati
Kini biarlah
Biarlah waktu membawanya berlalu
Namun biarlah
Biarlah sanubari tetap memilihmu
Senin, 02 Februari 2015
Puisi Kehidupan » "Deritaku"
Penuh ratap tangis
Derita kian menaungiku tanpa habis
Dan akupun menengadah dalam hadirat-Nya
Akhirnya ku memberontak membabi buta
Oh pencipta dunia
Aku berdosa tanpa peduli akibatnya
Aku tak tahan membiarkan derita menguasai kehidupan
Dalam tangis jiwa memberontak penuh kuasa setan
Oh TUHAN
Dimanakah kebahagiaan itu ?
Dengan apakah aku bisa meraih kebahagiaan itu ?
Aku lelah bersabar aku tak mampu bertahan
Kini ya TUHAN
Rajutan cita tlah tercemar dengan keringat, darah dan airmata
Akankah selesai dengan lama ?
Namun indahkah akhirnya ?
Derita kian menaungiku tanpa habis
Dan akupun menengadah dalam hadirat-Nya
Akhirnya ku memberontak membabi buta
Oh pencipta dunia
Aku berdosa tanpa peduli akibatnya
Aku tak tahan membiarkan derita menguasai kehidupan
Dalam tangis jiwa memberontak penuh kuasa setan
Oh TUHAN
Dimanakah kebahagiaan itu ?
Dengan apakah aku bisa meraih kebahagiaan itu ?
Aku lelah bersabar aku tak mampu bertahan
Kini ya TUHAN
Rajutan cita tlah tercemar dengan keringat, darah dan airmata
Akankah selesai dengan lama ?
Namun indahkah akhirnya ?
Selasa, 06 Januari 2015
Puisi Cinta dan Rindu » "Rindu dan Kasmaran"
Dipenghujung waktu
Aku masih menunggu
Menunggu engkau oh kasihku
Menemani daku menepis rindu
Tatkala aku bersendu
Ku mulai membelai fotomu
Mencium dan memeluknya
Oh kasmaran mulai melanda
Ku coba mengikuti kehendak jiwa dan hati
Perlahan ku menutup mataku
Bayangmu menguasai pikiranku
Ku hanyut dalam imajinasiku
Dalam khayalku
Dekatnya mataku menatap indahnya matamu
Tanganku memegang indahnya wajahmu
Serta lagu cinta ku senandungkan untukmu
Oh terus bertambah imajinasiku
Ku dirayu dalam pangkuanmu
Ku dibelai dalam pelukanmu
Ku disentuh dalam ciumanmu
Oh hasratku kini membelenggu
Ingin bukan hanya sekedar imajinasiku
Namun kan terwujud suatu waktu bersamamu
Kini rindu ini membuatku bersendu namun kadang menggilaimu
Oh kasih
Dapatkah aku bersandar dalam pundakmu
Menikmati indahnya malam bersamamu
Menikmati bahagianya dalam kasih sayangmu
Oh kasih
Dapatkah aku memelukmu
Dapatkah aku menciummu
Inginku dibuai dalam belaian asmaramu
Aku masih menunggu
Menunggu engkau oh kasihku
Menemani daku menepis rindu
Tatkala aku bersendu
Ku mulai membelai fotomu
Mencium dan memeluknya
Oh kasmaran mulai melanda
Ku coba mengikuti kehendak jiwa dan hati
Perlahan ku menutup mataku
Bayangmu menguasai pikiranku
Ku hanyut dalam imajinasiku
Dalam khayalku
Dekatnya mataku menatap indahnya matamu
Tanganku memegang indahnya wajahmu
Serta lagu cinta ku senandungkan untukmu
Oh terus bertambah imajinasiku
Ku dirayu dalam pangkuanmu
Ku dibelai dalam pelukanmu
Ku disentuh dalam ciumanmu
Oh hasratku kini membelenggu
Ingin bukan hanya sekedar imajinasiku
Namun kan terwujud suatu waktu bersamamu
Kini rindu ini membuatku bersendu namun kadang menggilaimu
Oh kasih
Dapatkah aku bersandar dalam pundakmu
Menikmati indahnya malam bersamamu
Menikmati bahagianya dalam kasih sayangmu
Oh kasih
Dapatkah aku memelukmu
Dapatkah aku menciummu
Inginku dibuai dalam belaian asmaramu
Langganan:
Postingan (Atom)